Beberapa jenis penyakit dapat menurunkan fungsi ginjal, baik yang bersifat sementara maupun tetap. Penurunan fungsi ginjal hanya dapat ditolerir oleh tubuh sampai batas tertentu. Bila mana fungsi ginjal telah menurun sedemikian buruknya, maka disebut Gagal Ginjal Terminal (GGT).
Apa yang akan terjadi jika fungsi ginjal telah mengalami gangguan? Kegagalan fungsi pembersihan akan mengakibatkan menumpuknya bahan-bahan buangan di dalam tubuh. Bahan ini sebagian besar berupa sampah nitrogen yang disebut toksin uremik. Menumpuknya toksin uremik mengakibatkan gejala keracunan yang disebut uremia. Gejala uremia ditandai dengan dengan mual, muntah, nafsu makan menurun, cegukan, gatal, lemas, gerakan tanpa disadari pada tungkai dan lengan serta bau nafas yang khas. Pada kasus-kasus yang berat dapat terjadi koma/penurunan kesadaran.
Menumpuknya air dalam tubuh akibat kegagalan dalam mengeluarkan cairan dari badan akan menyebabkan bengkak (edema) di seluruh badan, sesak nafas, tekanan darah tinggi dan gangguan fungsi jantung. Kondisi ini tidak bisa lagi diatasi dengan obat-obatan melainkan harus sudah menjalani cuci darah (hemodialisa) secara teratur atau menjalani tranplantasi ginjal/cangkok ginjal.
Cuci darah adalah proses pemisahan darah dari unsur-unsur yang tidak normal (racun) di dalam darah akibat terganggunya fungsi ginjal. Prinsip daripada cuci darah adalah penyeimbangan komposisi darah sehingga menjadi normal.
Hemodialisa mulai dilakukan bila kondisi yang disebabkan oleh tidak berfungsinya ginjal telah berada pada tingkat yang mengancam jiwa. Ancaman tersebut dapat berupa kelebihan air (edema) yang tidak bisa dikeluarkan tubuh oleh karena fungsi ginjal rusak. Sebagai akibatnya fungsi jantung dan paru akan menjadi terganggu. Tertimbunnya toksin/racun akan dapat mengganggu fungsi semua organ tubuh terutama otak. Sebagai akibatnya penderita mengalami mual-mual, muntah, koma dan kejang-kejang.
Beberapa parameter laboratorik yang sering digunakan sebagai patokan untuk dilakukan hemodialisa adalah kadar ureum >= 20 mg/dl atau kadar kreatinin >= 8 mg/dl atau kalium >7 meq/l yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. Pada penderita gagal ginjal akibat penyakit kencing manis sebaiknya hemodialisa dilakukan lebih dini.
Pertanyaan yang seringkali muncul adalah berapa kali dan berapa lama saya sebaiknya menjalani hemodialisa? Pada prinsipnya, ginjal adalah bekerja terus menerus selama 24 jam sehingga semakin sering hemodialisa dilakukan pada dasarnya semakin baik. Namun, teknik hemodialisa membatasi orang untuk menjalani hemodialisa sepanjang hari. Pada GGT umumnya menjalani hemodialisa sebanyak 2-3 kali seminggu.
Diet
Diet pada gagal ginjal berguna untuk mengurangi gejala uremia, mencegah kurang gizi, dan menghambat pemburukan fungsi ginjal. Konsumsi protein harus dikurangi sekitar 2/3 dari normal, yakni 0,55 – 0,69 g/kgbb/hari, oleh karena pemecahan protein akan membebani ginjal. Protein lebih diutamakan adalah yang bersumbaer dari protein hewani.
Kebutuhan cairan (minum) disesuaikan dengan banyaknya air badan yang keluar. Secara praktis, jumlah cairan yang diminum (selama 24 jam) = jumlah air kencing (selama 24 jam) + 500 cc.
Penderita yang menjalani hemodialisa, umumnya dapat makan dengan bebas. Bila hemodialisa dilakukan dengan adekuat, akan menjamin nafsu makan yang optimal dari penderita, dan bebas dari rasa mual. Bila penderita tidak bisa buang air kencing atau buang air kencing sedikit sekali, minum penderita harus dibatasi. Penderita dianjurkan untuk tidak minum lebih dari 1 liter sehari.
Bila hemodialisa dilakukan dengan tidak adekuat (frekuensi hemodialisa kurang dari yang dianjurkan), penderita hendaknya mengatur makanannya dengan mengurangi protein nabati seperti kacang-kacangan, tahu, tempe. Hendakya lebih mengutamakan protein hewani seperti daging, telur, susu. Makanan yang banyak mengandung kalium seperti pisang ambon atau air kelapa muda sedapat mungkin dihindari. Kadar Kalium yang tinggi dalam darah akan membahayakan jantung.
Keluhan menjalani hemodialisa
Seringkali penderita yang menjalani hemodialisa mengeluhkan rasa gatal. Sekitar 85% penderita mengeluh rasa gatal ringan sampai berat. Rasa gatal tersebut bisa disebabkan oleh penyakit ginjal itu sendiri, dapat pula oleh karena proses hemodialisa. Menumpuknya bahan buangan seperti nitrogen/mineral tertentu di kulit diyakini sebagai penyebab rasa gatal. Reaksi alergi terhadap benda asing selama proses hemodialisa dapat pula mengakibatkan rasa gatal.
Dengan cara berjemur di bawah sinar matahari pagi yang kaya akan sinar ultra violet dapat menurunkan keluhan rasa gatal. Untuk yang keluhan yang parah dapat dibantu dengan obat golongan anti histamin.
Apa yang akan terjadi jika fungsi ginjal telah mengalami gangguan? Kegagalan fungsi pembersihan akan mengakibatkan menumpuknya bahan-bahan buangan di dalam tubuh. Bahan ini sebagian besar berupa sampah nitrogen yang disebut toksin uremik. Menumpuknya toksin uremik mengakibatkan gejala keracunan yang disebut uremia. Gejala uremia ditandai dengan dengan mual, muntah, nafsu makan menurun, cegukan, gatal, lemas, gerakan tanpa disadari pada tungkai dan lengan serta bau nafas yang khas. Pada kasus-kasus yang berat dapat terjadi koma/penurunan kesadaran.
Menumpuknya air dalam tubuh akibat kegagalan dalam mengeluarkan cairan dari badan akan menyebabkan bengkak (edema) di seluruh badan, sesak nafas, tekanan darah tinggi dan gangguan fungsi jantung. Kondisi ini tidak bisa lagi diatasi dengan obat-obatan melainkan harus sudah menjalani cuci darah (hemodialisa) secara teratur atau menjalani tranplantasi ginjal/cangkok ginjal.
Cuci darah adalah proses pemisahan darah dari unsur-unsur yang tidak normal (racun) di dalam darah akibat terganggunya fungsi ginjal. Prinsip daripada cuci darah adalah penyeimbangan komposisi darah sehingga menjadi normal.
Hemodialisa mulai dilakukan bila kondisi yang disebabkan oleh tidak berfungsinya ginjal telah berada pada tingkat yang mengancam jiwa. Ancaman tersebut dapat berupa kelebihan air (edema) yang tidak bisa dikeluarkan tubuh oleh karena fungsi ginjal rusak. Sebagai akibatnya fungsi jantung dan paru akan menjadi terganggu. Tertimbunnya toksin/racun akan dapat mengganggu fungsi semua organ tubuh terutama otak. Sebagai akibatnya penderita mengalami mual-mual, muntah, koma dan kejang-kejang.
Beberapa parameter laboratorik yang sering digunakan sebagai patokan untuk dilakukan hemodialisa adalah kadar ureum >= 20 mg/dl atau kadar kreatinin >= 8 mg/dl atau kalium >7 meq/l yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. Pada penderita gagal ginjal akibat penyakit kencing manis sebaiknya hemodialisa dilakukan lebih dini.
Pertanyaan yang seringkali muncul adalah berapa kali dan berapa lama saya sebaiknya menjalani hemodialisa? Pada prinsipnya, ginjal adalah bekerja terus menerus selama 24 jam sehingga semakin sering hemodialisa dilakukan pada dasarnya semakin baik. Namun, teknik hemodialisa membatasi orang untuk menjalani hemodialisa sepanjang hari. Pada GGT umumnya menjalani hemodialisa sebanyak 2-3 kali seminggu.
Diet
Diet pada gagal ginjal berguna untuk mengurangi gejala uremia, mencegah kurang gizi, dan menghambat pemburukan fungsi ginjal. Konsumsi protein harus dikurangi sekitar 2/3 dari normal, yakni 0,55 – 0,69 g/kgbb/hari, oleh karena pemecahan protein akan membebani ginjal. Protein lebih diutamakan adalah yang bersumbaer dari protein hewani.
Kebutuhan cairan (minum) disesuaikan dengan banyaknya air badan yang keluar. Secara praktis, jumlah cairan yang diminum (selama 24 jam) = jumlah air kencing (selama 24 jam) + 500 cc.
Penderita yang menjalani hemodialisa, umumnya dapat makan dengan bebas. Bila hemodialisa dilakukan dengan adekuat, akan menjamin nafsu makan yang optimal dari penderita, dan bebas dari rasa mual. Bila penderita tidak bisa buang air kencing atau buang air kencing sedikit sekali, minum penderita harus dibatasi. Penderita dianjurkan untuk tidak minum lebih dari 1 liter sehari.
Bila hemodialisa dilakukan dengan tidak adekuat (frekuensi hemodialisa kurang dari yang dianjurkan), penderita hendaknya mengatur makanannya dengan mengurangi protein nabati seperti kacang-kacangan, tahu, tempe. Hendakya lebih mengutamakan protein hewani seperti daging, telur, susu. Makanan yang banyak mengandung kalium seperti pisang ambon atau air kelapa muda sedapat mungkin dihindari. Kadar Kalium yang tinggi dalam darah akan membahayakan jantung.
Keluhan menjalani hemodialisa
Seringkali penderita yang menjalani hemodialisa mengeluhkan rasa gatal. Sekitar 85% penderita mengeluh rasa gatal ringan sampai berat. Rasa gatal tersebut bisa disebabkan oleh penyakit ginjal itu sendiri, dapat pula oleh karena proses hemodialisa. Menumpuknya bahan buangan seperti nitrogen/mineral tertentu di kulit diyakini sebagai penyebab rasa gatal. Reaksi alergi terhadap benda asing selama proses hemodialisa dapat pula mengakibatkan rasa gatal.
Dengan cara berjemur di bawah sinar matahari pagi yang kaya akan sinar ultra violet dapat menurunkan keluhan rasa gatal. Untuk yang keluhan yang parah dapat dibantu dengan obat golongan anti histamin.