Mana seratnya? Tentu sudah tidak asing lagi telinga kita mendengarnya dalam sebuah iklan di layar kaca. Memang, akhir-akhir ini banyak sekali produk suplemen yang mengandung serat yang ditawarkan oleh perusahaan farmasi. Benarkah serat bermanfaat bagi tubuh kita?
Read More...
Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan tahun 1998 telah melakukan analisa ulang atas data konsumsi makanan penduduk Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi serat makanan penduduk Indonesia adalah 10,5 gr/orang/hari. Ini berarti masih dibawah 50% dari kebutuhan tubuh.
Serat makanan adalah bagian dari pangan nabati yang tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dalam usus, meliputi polisakarida, oligosakarida, lignin serta komponen nabati terkait lainnya.
Ada dua jenis serat berdasarkan keterlarutannya dalam air yaitu serat yang larut serta yang tidak larut dalam air. Serat yang larut antara lain pectin dan gum, sedangkan yang tidak larut antara lain selolusa dan lignin.
Serat larut akan membentuk seperti gel jika dilarutkan dalam air. Serat ini akan mengikat lemak sehingga lemak tidak akan diserap oleh tubuh melainkan akan dikeluarkan dari tubuh bersama feses. Serat jenis ini berperan dalam menurunkan kolesterol. Serat ini banyak terdapat pada buah-buahan, kacang-kacangan, oat, barley, psyllium.
Jenis serat yang tidak larut bersifat menyerap air, menjadikan feses berukuran besar dan tidak lunak. Serat tidak larut ini dapat membantu mencegah sembelit dan wasir. Jenis ini terdapat pada sayuran, umbi-umbian, bekatul, dan wheat.
Manfaat Serat
Saat ini telah terjadi pergeseran pola penyakit pada masyarakat khususnya pada mereka yang tinggal di perkotaan yaitu dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Berbagai penyakit degeneratif cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan penyakit degeneratif berhubungan dengan perubahan pola hidup terutama kurangnya olahraga dan diet tinggi lemak rendah serat.
Serat saat ini diketahui tidak hanya sekedar memperlancar buang air besar. Berbagai penelitian membuktikan bahwa serat mempunyai peranan untuk mengendalikan kadar gula darah, kolesterol dan trigliserida. Serat dapat mengikat kolesterol dan asam empedu dan membawanya keluar dari tubuh bersama feses sehingga konsentrasi lemak dalam darah menurun dan kemungkinan resiko terkena sakit jantung juga menurun.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa serat dapat mencegah kanker kolon. Serat dapat mempercepat lewatnya makanan di dalam saluran pencernaan sehingga memperpendek waktu transit. Hal ini akan menyebabkan penurunan paparan bahan racun dan bahan karsinogenik (bahan penyebab kanker) pada saluran pencernaan.
Serat dikatakan pula mempunyai efek prebiotik. Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna oleh saluran pencernaan yang secara selektif akan menstimulasi pertumbuhan atau aktifitas sejumlah bakteri yang menguntungkan kesehatan di usus besar.
Mengingat serat makanan sangat bermanfaat bagi kesehatan, maka konsumsi serat makanan yang adekuat sebaiknya merupakan bagian integral dari pola makan. American Cancer Society dan National Cancer Institute menganjurkan konsumsi serat makanan 20-30 gram/hari. Rekomendasi PERKI 2001 menyarankan 25-30 gram/orang/hari untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Namun demikian, peningkatan asupan serat makanan perlu hati-hati pada anak-anak dan usia lanjut.
Meski bermanfaat, konsumsi serat terlalu banyak dapat menyebabkan banyak flatus (buang angin) dan menurunkan absorpsi mineral dan vitamin yang diperlukan tubuh.
Serat makanan adalah bagian dari pangan nabati yang tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dalam usus, meliputi polisakarida, oligosakarida, lignin serta komponen nabati terkait lainnya.
Ada dua jenis serat berdasarkan keterlarutannya dalam air yaitu serat yang larut serta yang tidak larut dalam air. Serat yang larut antara lain pectin dan gum, sedangkan yang tidak larut antara lain selolusa dan lignin.
Serat larut akan membentuk seperti gel jika dilarutkan dalam air. Serat ini akan mengikat lemak sehingga lemak tidak akan diserap oleh tubuh melainkan akan dikeluarkan dari tubuh bersama feses. Serat jenis ini berperan dalam menurunkan kolesterol. Serat ini banyak terdapat pada buah-buahan, kacang-kacangan, oat, barley, psyllium.
Jenis serat yang tidak larut bersifat menyerap air, menjadikan feses berukuran besar dan tidak lunak. Serat tidak larut ini dapat membantu mencegah sembelit dan wasir. Jenis ini terdapat pada sayuran, umbi-umbian, bekatul, dan wheat.
Manfaat Serat
Saat ini telah terjadi pergeseran pola penyakit pada masyarakat khususnya pada mereka yang tinggal di perkotaan yaitu dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Berbagai penyakit degeneratif cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan penyakit degeneratif berhubungan dengan perubahan pola hidup terutama kurangnya olahraga dan diet tinggi lemak rendah serat.
Serat saat ini diketahui tidak hanya sekedar memperlancar buang air besar. Berbagai penelitian membuktikan bahwa serat mempunyai peranan untuk mengendalikan kadar gula darah, kolesterol dan trigliserida. Serat dapat mengikat kolesterol dan asam empedu dan membawanya keluar dari tubuh bersama feses sehingga konsentrasi lemak dalam darah menurun dan kemungkinan resiko terkena sakit jantung juga menurun.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa serat dapat mencegah kanker kolon. Serat dapat mempercepat lewatnya makanan di dalam saluran pencernaan sehingga memperpendek waktu transit. Hal ini akan menyebabkan penurunan paparan bahan racun dan bahan karsinogenik (bahan penyebab kanker) pada saluran pencernaan.
Serat dikatakan pula mempunyai efek prebiotik. Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna oleh saluran pencernaan yang secara selektif akan menstimulasi pertumbuhan atau aktifitas sejumlah bakteri yang menguntungkan kesehatan di usus besar.
Mengingat serat makanan sangat bermanfaat bagi kesehatan, maka konsumsi serat makanan yang adekuat sebaiknya merupakan bagian integral dari pola makan. American Cancer Society dan National Cancer Institute menganjurkan konsumsi serat makanan 20-30 gram/hari. Rekomendasi PERKI 2001 menyarankan 25-30 gram/orang/hari untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Namun demikian, peningkatan asupan serat makanan perlu hati-hati pada anak-anak dan usia lanjut.
Meski bermanfaat, konsumsi serat terlalu banyak dapat menyebabkan banyak flatus (buang angin) dan menurunkan absorpsi mineral dan vitamin yang diperlukan tubuh.