Pengobatan diabetes mellitus atau kencing manis adalah tetralogi, yakni diet, latihan fisik, obat anti diabetes (OAD) dan pendidikan. Pada diet diabetes, yang harus diperhatikan adalah 3 J yaitu jumlah kalori yang sesuai dengan dianjurkan oleh dokter, jadwal makan harus ditepati dan jenis makanan harus diperhatikan.
Diet merupakan terapi utama yang dapat menekan munculnya diabetes mellitus laten serta dapat menekan penyulit akut mapun kronis. Ada bermacam-macam diet diabetes dengan indikasi yang tertentu pula untuk bermacam-macam keadaan sosio-ekonomi, ethnik dan klinis dari penderita.
Pada awalnya dikenal diet A yang terdiri atas makanan yang mengandung karbohidrat 50%, lemak 30%, protein 20% dengan makan 3 kali sehari. Diet ini diadopsi dari negara barat, oleh karena itu komposisi diet ini jauh dari komposisi makanan bangsa Indonesia. Selain itu diet ini bersifat atherogenik serta mahal, maka disusunlah diet B.
Diet B terdiri dari 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12% protein. Diet B tidak menimbulkan efek hipertrigliserida meski tinggi karbohidrat, oleh karena pemberiannya 6 kali sehari yang terdiri dari 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan kecil dengan interval tetap yaitu 3 jam. Selain itu, diet B mempunyai efek hipoglikemik yang lebih baik daripada diet A serta mempunyai efek hipokolesteromik yang kuat dikarenakan diet ini kaya serat dan rendah kolesterol.
Diet B diberikan pada semua pasien diabetes pada umumnya, terutama sekali untuk penderita yang tidak tahan lapar, mempunyai kadar kolesterol tinggi, sudah menderita kencing manis lebih dari 15 tahun serta penderita dengan penyulit penyakit jantung koroner dan retinopati diabetik.
Dalam kenyataannya, kemampuan keuangan penderita tidaklah sama. Juga kebiasaan makan, agama, suku dan klinis penderita berbeda-beda. Maka disusunlah diet B 1 yang terdiri dari 60% karbohidrat, 20% protein dan 20% lemak. Diet dengan tinggi protein ini diperuntukkan bagi penderita yang mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normolipidemik. Juga untuk pendrita yang masih muda, hamil/menyusui, penderita dengan radang hati menahun serta TBC Paru.
Diet Puasa
Bagaimana halnya dengan penderita diabetes yang ingin berpuasa, apakah boleh? Penderita dengan diet saja atau dengan tablet OAD serta mempunyai kadar gula darah kurang dari 200-250 mg% diperbolehkan puasa dalam bulan Ramadhan.
Selama berpuasa, komposisi diet sama hanya jadwal pemberiannya yang berubah. Sekitar pukul 18.00 saat buka puasa makan makanan utama I (30% kalori). Saat ini OAD yang biasa diberikan pagi hari dengan vitamin dapat diminum. Sehabis Tarawih atau kira-kira pukul 21.00 makan makanan utama II (25% kalori). Kemudian sebelum tidur malam, santap makanan kecil (10% kalori) serta tablet OAD yang kedua bila ada (yang biasa diberikan pada siang hari). Makanan sahur sebagai makanan utama III dengan 25% kalori pada pukul 03.00. Selanjutnya pukul 03.30 makanan kecil dan vitamin yang kedua (10% kalori).
Pemberian tablet OAD waktu sahur adalah kontraindikasi karena adanya bahaya hipoglikemik waktu siang hari. Selama bulan Ramadhan penderita boleh berolahraga asal dilakukan sesudah Tarawih.
Diet merupakan terapi utama yang dapat menekan munculnya diabetes mellitus laten serta dapat menekan penyulit akut mapun kronis. Ada bermacam-macam diet diabetes dengan indikasi yang tertentu pula untuk bermacam-macam keadaan sosio-ekonomi, ethnik dan klinis dari penderita.
Pada awalnya dikenal diet A yang terdiri atas makanan yang mengandung karbohidrat 50%, lemak 30%, protein 20% dengan makan 3 kali sehari. Diet ini diadopsi dari negara barat, oleh karena itu komposisi diet ini jauh dari komposisi makanan bangsa Indonesia. Selain itu diet ini bersifat atherogenik serta mahal, maka disusunlah diet B.
Diet B terdiri dari 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12% protein. Diet B tidak menimbulkan efek hipertrigliserida meski tinggi karbohidrat, oleh karena pemberiannya 6 kali sehari yang terdiri dari 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan kecil dengan interval tetap yaitu 3 jam. Selain itu, diet B mempunyai efek hipoglikemik yang lebih baik daripada diet A serta mempunyai efek hipokolesteromik yang kuat dikarenakan diet ini kaya serat dan rendah kolesterol.
Diet B diberikan pada semua pasien diabetes pada umumnya, terutama sekali untuk penderita yang tidak tahan lapar, mempunyai kadar kolesterol tinggi, sudah menderita kencing manis lebih dari 15 tahun serta penderita dengan penyulit penyakit jantung koroner dan retinopati diabetik.
Dalam kenyataannya, kemampuan keuangan penderita tidaklah sama. Juga kebiasaan makan, agama, suku dan klinis penderita berbeda-beda. Maka disusunlah diet B 1 yang terdiri dari 60% karbohidrat, 20% protein dan 20% lemak. Diet dengan tinggi protein ini diperuntukkan bagi penderita yang mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normolipidemik. Juga untuk pendrita yang masih muda, hamil/menyusui, penderita dengan radang hati menahun serta TBC Paru.
Diet Puasa
Bagaimana halnya dengan penderita diabetes yang ingin berpuasa, apakah boleh? Penderita dengan diet saja atau dengan tablet OAD serta mempunyai kadar gula darah kurang dari 200-250 mg% diperbolehkan puasa dalam bulan Ramadhan.
Selama berpuasa, komposisi diet sama hanya jadwal pemberiannya yang berubah. Sekitar pukul 18.00 saat buka puasa makan makanan utama I (30% kalori). Saat ini OAD yang biasa diberikan pagi hari dengan vitamin dapat diminum. Sehabis Tarawih atau kira-kira pukul 21.00 makan makanan utama II (25% kalori). Kemudian sebelum tidur malam, santap makanan kecil (10% kalori) serta tablet OAD yang kedua bila ada (yang biasa diberikan pada siang hari). Makanan sahur sebagai makanan utama III dengan 25% kalori pada pukul 03.00. Selanjutnya pukul 03.30 makanan kecil dan vitamin yang kedua (10% kalori).
Pemberian tablet OAD waktu sahur adalah kontraindikasi karena adanya bahaya hipoglikemik waktu siang hari. Selama bulan Ramadhan penderita boleh berolahraga asal dilakukan sesudah Tarawih.