Penyakit Jantung Koroner (PJK) dilaporkan sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia, terutama di negara-negara maju. Di Indonesia, pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 penyakit jantung dan pembuluh darah menempati urutan ke 8 dalam daftar penyakit-penyakit di Indonesia dan merupakan penyebab kematian no 3. Selanjutnya pada SKRT 1992 dinyatakan sebagai penyebab kematian no 1. Penyakit ini seringkali menyebabkan kematian mendadak tanpa adanya gejala yang mendahuluinya. Untuk mengantisipasinya kita perlu melakukan upaya-upaya pencegahan.
PJK adalah penyakit jantung dimana gangguannya terletak pada pembuluh darah koroner. Kelainannya berupa proses perkapuran (aterosklerosis) dalam berbagai tingkat mulai dari penyempitan ringan sampai suatu saat terjadilah penyumbatan total dari dinding pembuluh darah. Penderita biasanya mengeluh nyeri dada sebelah kiri seperti rasa tertekan. Kadangkala nyeri menjalar ke lengan kiri ataupun ke dagu.
Yang termasuk faktor resiko yang dapat dikendalikan adalah merokok,hipertensi, dislipidemia (gangguan kadar lemak darah), kencing manis, kegemukan serta kurang olah raga. Stres dan pola perilaku type A (type ambisius, emosional) juga termasuk dalam kategori ini. Penderita dengan pola perilaku type A 2,5 kali lebih mudah terkena PJK daripada type B (santai, tenang).
Faktor-faktor resiko seperti kegemukan, kencing manis, hipertensi, hiperkolesterol dan merokok mempunyai hubungan erat dengan aspek perilaku. Situasi stres dapat meningkatkan kolesterol secara bermakna yaitu peningkatan kolesterol LDL dan penurunan kolesterol HDL yang merupakan kolesterol “baik”. Stres dapat mengganggu pengontrolan gula darah pada penderita kencing manis akibat peningkatan hormon kortisol dan epinefrin. Penelitian epidemiologis melaporkan bahwa kelompok yang mengalami stres dalam pekerjaan serta lingkungan mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengalaminya. Kebiasaan merokok mempunyai dampak yang nyata karena asap rokok mengandung tar, CO, nikotin yang secara langsung menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Upaya Pencegahan
Usaha pencegahan terhadap PJK tentunya dengan mengendalikan faktor-faktor resiko diatas. Tindakan pencegahan dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari pencegahan primer , sekunder, dan tertier.
Pencegahan primer adalah upaya mencegah PJK sejak dini sebelum terlihat adanya penyakit. Kegiatan terutama diarahkan pada usaha promotif seperti kampanye anti rokok dan menganjurkan kebiasaan melakukan olah raga kepada masyarakat. Mendidik masyarakat tentang pola makan sehat juga merupakan pencegahan primer. Dengan cara menganjurkan mengkonsumsi makanan kaya serat dan rendah kolesterol.
Yang perlu ditekankan disini adalah makanan tempe yang merupakan masih dianggap sebagai makanan “rendahan” oleh sebagian masyarakat. Tempe memiliki kandungan protein, asam lemak tak jenuh dan serat yang tinggi. Menurut penelitian Brata Arbai (Surabaya), tempe dikatakan mempunyai efek menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL serta dapat meningkatkan kolesterol HDL. Juga tempe secara tidak langsung mempunyai efek anti aterogenik atau dengan kata lain mampu mencegah timbulnya PJK.
Pencegahan sekunder dimaksudkan untuk mencegah serangan ulangan pada orang yang sudah pernah terkena PJK. Jadi, penderita diharapkan melakukan pola gaya hidup sehat dengan menghentikan kebiasaan merokok, mematuhi petunjuk olahraga, mengatur pola makan sehat serta mengendalikan penyakit yang dimilikinya seperti hipertensi, kencing manis dan kegemukan. Dewasa ini sudah banyak berdiri klub-klub jantung sehat bagi penderita penyakit jantung maupun untuk masyarakat umum, yang kegiatannya melakukan senam jantung untuk kesehatan jantungnya.
Pencegahan tertier merupakan program rehabilitasi guna meningkatkan kualitas hidup penderita dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
PJK adalah penyakit jantung dimana gangguannya terletak pada pembuluh darah koroner. Kelainannya berupa proses perkapuran (aterosklerosis) dalam berbagai tingkat mulai dari penyempitan ringan sampai suatu saat terjadilah penyumbatan total dari dinding pembuluh darah. Penderita biasanya mengeluh nyeri dada sebelah kiri seperti rasa tertekan. Kadangkala nyeri menjalar ke lengan kiri ataupun ke dagu.
Yang termasuk faktor resiko yang dapat dikendalikan adalah merokok,hipertensi, dislipidemia (gangguan kadar lemak darah), kencing manis, kegemukan serta kurang olah raga. Stres dan pola perilaku type A (type ambisius, emosional) juga termasuk dalam kategori ini. Penderita dengan pola perilaku type A 2,5 kali lebih mudah terkena PJK daripada type B (santai, tenang).
Faktor-faktor resiko seperti kegemukan, kencing manis, hipertensi, hiperkolesterol dan merokok mempunyai hubungan erat dengan aspek perilaku. Situasi stres dapat meningkatkan kolesterol secara bermakna yaitu peningkatan kolesterol LDL dan penurunan kolesterol HDL yang merupakan kolesterol “baik”. Stres dapat mengganggu pengontrolan gula darah pada penderita kencing manis akibat peningkatan hormon kortisol dan epinefrin. Penelitian epidemiologis melaporkan bahwa kelompok yang mengalami stres dalam pekerjaan serta lingkungan mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengalaminya. Kebiasaan merokok mempunyai dampak yang nyata karena asap rokok mengandung tar, CO, nikotin yang secara langsung menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Upaya Pencegahan
Usaha pencegahan terhadap PJK tentunya dengan mengendalikan faktor-faktor resiko diatas. Tindakan pencegahan dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari pencegahan primer , sekunder, dan tertier.
Pencegahan primer adalah upaya mencegah PJK sejak dini sebelum terlihat adanya penyakit. Kegiatan terutama diarahkan pada usaha promotif seperti kampanye anti rokok dan menganjurkan kebiasaan melakukan olah raga kepada masyarakat. Mendidik masyarakat tentang pola makan sehat juga merupakan pencegahan primer. Dengan cara menganjurkan mengkonsumsi makanan kaya serat dan rendah kolesterol.
Yang perlu ditekankan disini adalah makanan tempe yang merupakan masih dianggap sebagai makanan “rendahan” oleh sebagian masyarakat. Tempe memiliki kandungan protein, asam lemak tak jenuh dan serat yang tinggi. Menurut penelitian Brata Arbai (Surabaya), tempe dikatakan mempunyai efek menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL serta dapat meningkatkan kolesterol HDL. Juga tempe secara tidak langsung mempunyai efek anti aterogenik atau dengan kata lain mampu mencegah timbulnya PJK.
Pencegahan sekunder dimaksudkan untuk mencegah serangan ulangan pada orang yang sudah pernah terkena PJK. Jadi, penderita diharapkan melakukan pola gaya hidup sehat dengan menghentikan kebiasaan merokok, mematuhi petunjuk olahraga, mengatur pola makan sehat serta mengendalikan penyakit yang dimilikinya seperti hipertensi, kencing manis dan kegemukan. Dewasa ini sudah banyak berdiri klub-klub jantung sehat bagi penderita penyakit jantung maupun untuk masyarakat umum, yang kegiatannya melakukan senam jantung untuk kesehatan jantungnya.
Pencegahan tertier merupakan program rehabilitasi guna meningkatkan kualitas hidup penderita dan mencegah kecacatan lebih lanjut.